Top : Tere Liye Novel Part I

Rabu, 7 November 2018...


Eh, ada yang sadar nggak kalau beberapa hari terakhir ini, saya selalu membahas soal Tere Liye? Bagi yang menyadarinya, bagus, kalian benar, saya memang tengah membuat satu tema khusus untuk dibahas secara berkelanjutan. Dan topik soal Tere Liye atau yang mulai sekarang akan saya sebut #tributefortereliye, mengawali deep topic explanation di blog ini.

Nah, hari ini saya akan kembali membahas soal Tere Liye, atau lebih tepatnya saya akan memberikan daftar terbaik dari novelnya. Terbaik di sini tentunya menurut sudut pandang saya ya, jadi jangan protes kalau nanti urutannya tidak sesuai dengan punyamu.

Dan oh, ya karena saya belum membaca semua karya Bang Tere, jangan heran ya kalau nantinya ada beberapa novel yang sebenarnya bagus, tapi nggak masuk daftar.

Ok, mari kita mulai :

Pertama, Bidadari-bidadari Surga (2008)


Ini novel pertama Bang Tere yang saya baca. Bercerita tentang perjuangan Laisa yang mencoba mengubah nasib keluarganya yang miskin dan nestapa, dengan cara mengorbankan kehidupannya sendiri. Lembah Lahambay, Perkebunan Stroberi, Lereng Gunung Kendeng, berang-berang dan harimau. Perjuangan Laisa akan membuatmu sadar, hidup akan bernilai hanya jika kau bekerja keras.

Kedua, Rembulan Tenggelam di Wajahmu (2009)


Sebenarnya, saya kesulitan memutuskan mana novel yang ada di urutan pertama. Bidadari-bidadari Surga dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu sama-sama terasa sangat personal dalam hidup saya. Keduanya, memiliki cerita yang merombak habis-habisan karakter dan sudut pandang saya selama ini.
Tapi tak etis jika posisi pertama dihuni lebih dari satu novel. Jadi beginilah, dan hey ini hanya peringkat kan?
Ok, balik lagi ke topik utama. Ketika sampai di halaman terakhir, saya hampir-hampir mewajibkan semua orang Islam untuk membaca novel ini. Ceritanya cerdas, luar biasa, tak umum! Tere Liye berhasil menyentil bagian paling tersembunyi di palung hati lewat cerita ini.
Saya sudah pernah membahas novel ini lebih lengkap di sini.

Ketiga, Moga Bunda Disayang Allah (2005)


Cerita dalam novel ini terinspirasi dari kisah Hellen Keller dan juga film Bollywood berjudul Black. Ada seorang anak yang terlahir buta-tuli, sehingga semua jalur komunikasinya terputus. Ia menjadi begitu liar dan tak terkendali. Sampai seorang guru bernama Karang (seseorang yang juga menyimpan rahasia besar) datang dan menemukan jalan agar Melati, nama sang anak tadi, dapat mengenal dunia lewat keterbatasannya. Lebih dari itu, berkat Karang, Melati kini dapat menyebut nama Tuhannya dan juga mendoakan Ibunya.
Bukan bacaan kesukaan orang memang, tapi patut dibaca jika kalian sedang terlalu 'eneg' dengan cerita cinta yang begitu-begitu saja.

Keempat, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010)


Bercerita tentang Tania, anak jalanan yang keluarganya dientas dari kemiskinan oleh seorang dermawan bernama Danar. Kebaikan Danar itu, justru dibalas Tania dengan membiarkan perasaan sukanya tumbuh. Tania membuat harapan-harapan, impian-impian akan Danar.
Saat keadaan berbalik menyerang mereka berdua, harapan itu seketika musnah. Tania dan Danar, mereka sama-sama harus menghadapi kenyataan betapa pengecutnya mereka selama ini.
Tema dan alur novel ini sebenarnya biasa saja. Tapi karena saya membacanya saat masih SMA, pesan yang ada di dalamnya sangat tepat sasaran. Itu sebabnya novel ini bisa berada di urutan keempat. Mungkin akan lain lagi ceritanya, jika saya membacanya dua atau tiga tahun kemudian.

Cukup dulu sampai di sini. Di lain kesempatan, insyaallah, akan saya lanjutkan lagi daftarnya. Berapa sih jumlah novel Bang Tere? 34 ya?


Salam,
Abdullah S.N

Komentar